Bekasi – Di Gedung Juang 45 Bekasi, sebuah festival tak biasa digelar. Bukan sekadar pesta seni, Working Class Festival 2025 adalah ruang pertemuan antara musik, film, diskusi, dan yang terpenting: suara-suara yang selama ini dipinggirkan. Di tengah gegap gempita itu, Indonesia Young Greens (IYG) sayap kepemudaan Partai Hijau Indonesia hadir membawa warna hijau yang tegas, ramah, dan membumi.
Partisipasi IYG dalam festival ini merupakan kelanjutan dari kerjasama yang telah dijalin antara Partai Hijau Indonesia (PHI) dan Komite Politik Nasional, usai pertemuan hangat dalam Halal bi Halal bulan April lalu. Melalui undangan dari Suara Muda Kelas Pekerja (sayap muda Partai Buruh), IYG tidak hanya hadir sebagai tamu, tetapi juga turut menjadi bagian dari kepanitiaan festival.
Dalam semangat kolaborasi, IYG menggandeng Social Justice Indonesia (SJI) dan Kawula17 untuk berbagi ruang dan gagasan. Booth IYG menjadi salah satu titik yang ramai dikunjungi. Di sana, pengunjung bisa mengenal lebih dekat esensi politik hijau sebuah jalan politik yang menempatkan keadilan sosial dan ekologis sebagai satu kesatuan.
Tersedia pula produk-produk buatan kelompok kerja kemandirian ekonomi IYG: totebag, kaos, dan aksesoris yang sarat pesan perlawanan. Bukan sekadar cendera mata, benda-benda ini adalah perwujudan dari ekonomi alternatif yang sedang dibangun: adil, berkelanjutan, dan dapat diakses oleh semua.
Kawula17 menghadirkan papan interaktif yang mengajak pengunjung berbagi pendapat soal dua hal penting: apa persoalan paling mendesak bagi kelas pekerja, dan solusi apa yang paling dibutuhkan saat ini. Papan itu tak hanya jadi dekorasi, tapi menjadi cermin keresahan kolektif sekaligus harapan bersama.
Di tengah hiruk-pikuk bazar dan diskusi santai di booth, Layar Pekerja digelar pukul 10 pagi. Film “Suara yang Dibuang” rilis akhir 2023 diputar sebagai bentuk refleksi atas kisah nyata para buruh yang kehilangan pekerjaan dan ruang hidup secara sepihak. Film itu menggugah, menampar, dan sekaligus menguatkan.
Menjelang senja, Worker’s Talk menjadi panggung kontemplasi. Diisi oleh Malaka Project, forum ini mengajak peserta untuk membedah kondisi kelas pekerja Indonesia hari ini: dari upah yang tak cukup hidup, hingga sistem kerja yang terus menekan tubuh dan waktu.
“Working Class Festival dengan tujuan utama tidak hanya satu konser seni, melainkan dia adalah suara-suara yang telah ditindas dan dihisap, juga sebagai suatu wadah dan panggung ekspresi yang mewadai aspirasi bagi kelas pekerja di Indonesia, juga petani, rakyat miskin perkotaan, maupun juga akademisi yang hari ini yang hari ini sedang melawan pembungkaman” ucap Rivaldi H. Seno selaku Wakil Presiden Partai Buruh Bidang Kepemudaan sekaligus Ketua Pelaksana Working Class Festival 2025.
Dalam suasana yang terasa seperti perayaan dan perlawanan sekaligus, Indonesia Young Greens menunjukkan bahwa politik hijau bukan hanya soal alam dan lingkungan. Ia juga tentang solidaritas kelas, kerja-kerja kemandirian, dan keinginan untuk menyusun masa depan yang lebih adil bersama-sama.