Samarinda – Sore yang hangat di Hage Coffee menjadi saksi lahirnya percakapan kritis yang melibatkan pegiat lingkungan, aktivis perempuan, dan komunitas akar rumput. Dalam kelas diskusi bertajuk “Memahami Masyarakat Adat Berbasis Ekofeminisme”, Aliansi Diskusi dan Hope Circle menggandeng Akar Kuning dan PHI Kaltim untuk menyelami lebih dalam gagasan ekofeminisme dan perjuangan komunitas adat melawan krisis ekologis.
Diskusi yang dimulai pukul 16.00 WITA ini tidak sekadar menggali teori-teori filsafat tentang tubuh kedua (second body) dan relasi manusia dengan alam, tetapi juga menyentuh langsung pada realitas getir yang dialami masyarakat Muara Kate. Para peserta, yang berasal dari berbagai latar belakang, diajak memahami bahwa perempuan dan masyarakat adat bukan hanya korban dari praktik eksploitasi lingkungan, tapi juga menjadi garda terdepan dalam perlawanan.
“Kami mengundang kawan-kawan sejagat guna memahami maksud dan tujuan pergerakan yang berbasis ekofeminisme, yang dimana gerakan ini juga berdasarkan dari buah pemikiran filsuf-filsuf masa lampau yang menggaungkan tentang alam sebagai second body dan lain-lain. Kami mengecam keras pelaku tambang baik legal dan illegal yang semena-mena memperkosa alam.,” ungkap Surya Anggota PHI Kalimantan Timur, belum lama ini.
Diskusi juga menjadi ruang untuk mengecam keras praktik tambang, baik legal maupun ilegal, yang selama ini dengan leluasa merusak alam dan kehidupan sosial masyarakat adat. Aliansi Diskusi dan Hope Circle menekankan bahwa ekofeminisme bukan sekadar teori alternatif, melainkan metode pembebasan yang menyatukan perjuangan ekologis dan keadilan gender.
Lanjut Surya menyoroti ketidakpedulian negara terhadap penderitaan masyarakat adat. “Pemerintah tentu saja menutup mata, tapi respon emosi yang kami serap dari para hadirin menandakan bahwa kita memiliki kekhawatiran yang sama,” ututupnya.
Di tengah derasnya arus kapitalisme ekstraktif yang merongrong bumi dan tubuh perempuan, diskusi ini menjadi pengingat bahwa pengetahuan kolektif, perlawanan komunitas, dan solidaritas lintas ruang adalah harapan paling nyata.