Kabarphi
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kabar Nasional
  • Kabar Daerah
  • Wacana
    • Esai
    • Analisis
  • Opini
  • Fenomena
    • Ekonomi
    • Politik
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Perempuan
  • Editorial
  • Resensi
No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kabar Nasional
  • Kabar Daerah
  • Wacana
    • Esai
    • Analisis
  • Opini
  • Fenomena
    • Ekonomi
    • Politik
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Perempuan
  • Editorial
  • Resensi
No Result
View All Result
Kabarphi
No Result
View All Result
Home Resensi

Sosialisme 101: Apakah kapitalisme menghancurkan planet ini?

AdminWeb by AdminWeb
May 10, 2025
in Resensi
Reading Time: 4 mins read
0
Sosialisme 101: Apakah kapitalisme menghancurkan planet ini?

Grafik: Sebastien Thibault - wwwleftvoiceorg

13
SHARES
291
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Di tengah-tengah pembantaian Perang Dunia Pertama, Rosa Luxemburg menulis tentang persimpangan jalan yang dihadapi masyarakat kapitalis: “antara transisi menuju sosialisme atau kemunduran menuju barbarisme.” Gagasan ini masih bergema sampai sekarang. Maksudnya adalah bahwa kita membutuhkan sosialisme bukan hanya karena sosialisme merupakan cara yang lebih unggul dalam mengorganisir masyarakat untuk memenuhi kebutuhan semua orang dengan cara yang damai, adil, dan merata; tetapi karena masa depan di bawah kapitalisme akan menjadi bencana yang tidak terbayangkan.

Tidak ada yang menunjukkan hal ini secara lebih drastis daripada krisis ekologi, khususnya krisis iklim dan keanekaragaman hayati. Dampak dari perubahan iklim yang tidak terkendali sudah dirasakan di seluruh dunia, dengan suhu global yang kini meningkat lebih cepat dibandingkan dengan titik mana pun dalam sejarah planet ini, yang mengakibatkan badai super yang lebih sering terjadi, tidak dapat diprediksi, dan parah, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan gelombang panas yang mematikan.

Target PBB untuk tetap berada di bawah 1,5°C di atas tingkat pra-industri terlihat semakin jauh dari jangkauan, dan setiap kenaikan 1°C saja akan membawa kita semakin dekat ke titik kritis dalam sistem iklim, yang akan memicu perubahan yang tiba-tiba dan tidak dapat dipulihkan, serta kehancuran yang nyata. Kita menghadapi—dalam masa hidup kita—sebagian besar bumi yang tidak dapat dihuni, ratusan juta orang mengungsi, dan spesies yang tak terhitung jumlahnya akan punah. Semua itu akan menambah lingkaran setan kerusakan ekologi yang akan berputar tak terelakkan menuju kehancuran semua kehidupan yang kita kenal. Prospeknya tidak bisa lebih buruk lagi.

Oleh karena itu, tidak diragukan lagi, ini adalah alasan yang paling mendesak dari sekian banyak alasan mengapa kapitalisme harus pergi. Sayangnya, terlepas dari pekerjaan penting komunitas ilmiah, yang dengan suara bulat setuju tentang ancaman terhadap planet ini, peringatannya tentang masalah ini umumnya masih mengacu pada hal-hal seperti “aktivitas manusia” (human activity) . Namun, ancaman terhadap lingkungan bukanlah aktivitas manusia itu sendiri, yang telah hidup berdampingan dengan alam selama lebih dari 200.000 tahun (membentuknya kembali, tetapi tidak merusaknya secara permanen). Lebih tepatnya, ancamannya adalah aktivitas manusia yang beroperasi di bawah sistem kapitalis.

Perusakan lingkungan secara massal dan produksi tingkat emisi CO2 yang tidak berkelanjutan sudah ada sejak pertengahan abad ke-19, dengan berkembangnya kapitalisme industri. Meskipun setengah dari semua emisi CO2 telah diproduksi sejak tahun 1990. Namun, semua orang tidak memiliki tanggung jawab yang sama. Hanya 100 perusahaan besar yang menjadi sumber dari 71% emisi tersebut. Selain itu, 10% orang terkaya di dunia bertanggung jawab atas 50% emisi CO2 dunia, sementara 50% orang termiskin (4 miliar orang) hanya bertanggung jawab atas 12%.

Kapitalisme adalah sebuah sistem di mana sumber daya ekonomi dan sumber daya alam utama dimiliki dan dikendalikan oleh minoritas kecil atau segelintir orang, dan dorongan untuk mendapatkan keuntungan adalah motor penggerak kegiatan ekonominya. Oleh karena itu, kapitalisme adalah sistem yang tidak rasional dan anarkis, di mana persaingan di antara para kapitalis menciptakan sebuah dinamika di mana semua pertimbangan lain harus dikesampingkan demi mendapatkan keuntungan jangka pendek—untuk melakukan investasi dan ekspansi, agar perusahaan-perusahaan tidak bangkrut atau ditelan bumi.

Pada dasarnya, ini adalah sistem eksploitasi—baik terhadap kelas pekerja maupun alam. Alam diperlakukan sebagai sumber kekayaan yang tidak ada habisnya untuk dieksploitasi secara bebas. Biaya dan konsekuensi dari menipisnya sumber daya alam, pencemaran ekosistem, dan gangguan terhadap proses-proses yang tidak terpisahkan dari pemeliharaan biosfer diabaikan dalam formula mencari keuntungan ini. Oleh karena itu, 60 bank terbesar di dunia telah memompa dana sebesar 6,9 triliun dolar AS ke dalam industri bahan bakar fosil sejak Perjanjian Iklim Paris pada tahun 2015.

Tentu saja benar bahwa degradasi alam yang cepat merupakan ancaman bagi semua orang, termasuk para miliarder dan bos—meskipun penderitaannya akan sangat mempengaruhi kelas pekerja dan orang miskin. Beberapa miliarder dan bos bahkan mungkin benar-benar khawatir dan ingin mengambil tindakan. Namun, kelas kapitalis secara konstitusional tidak mampu bertindak untuk mencegah bencana lingkungan karena sistem mereka adalah masalahnya. Satu-satunya solusi nyata adalah dengan mengakhiri sistem tersebut, yang berarti mengakhiri kekuasaan mereka sebagai kelas yang mengeksploitasi. Ini adalah satu hal yang tidak akan mereka biarkan terjadi.

Jenis transformasi radikal—produksi, distribusi, konsumsi, energi, perjalanan—yang diperlukan untuk mencapai dunia yang benar-benar berkelanjutan tidak dapat dibayangkan dalam sistem kapitalis. Itulah mengapa kita membutuhkan perubahan sistem yang nyata. Kita membutuhkan sosialisme: kepemilikan publik, perencanaan yang demokratis, kerja sama internasional, dan solidaritas. Dan tidak ada waktu lagi, karena kita sekarang menghadapi masa depan yang bukan hanya barbarisme, tetapi juga kepunahan kita sebagai spesies.

Ditulis oleh Eddie McCabe dan diterjemahkan oleh Roy Murtadho, ketua Partai Hijau Indonesia untuk tujuan pendidikan

Sumber: https://www.socialistparty.ie/2024/09/socialism-101-is-capitalism-destroying-the-planet/

Tags: EkososialismePartai Hijau Indonesia
AdminWeb

AdminWeb

Kabar PHI adalah portal berita yang berfokus pada kabar-kabar terbaru di Indonesia, dengan tujuan menjadi sumber informasi utama bagi para pekerja, pengusaha, praktisi hukum, dan masyarakat umum. Kami berdedikasi untuk menyajikan berita yang akurat, analisis yang mendalam, serta panduan praktis yang dapat membantu masyarakat mendapatkan kabar terbaru.

Related Posts

Deklarasi Ekososialis Belem
Resensi

Deklarasi Ekososialis Belem

May 7, 2025
Kapitalisme Yang Membakar Planet, Bukan Orang Biasa
Resensi

Kapitalisme Yang Membakar Planet, Bukan Orang Biasa

May 4, 2025
Pertumbuhan atau Degrowth? Ekososialisme menghadapi dikotomi yang salah
Resensi

Pertumbuhan atau Degrowth? Ekososialisme menghadapi dikotomi yang salah

April 30, 2025
Next Post
PHI Ikut Soroti Kekerasan terhadap Jurnalis Perempuan dan Minimnya Keterwakilan dalam Politik

PHI Ikut Soroti Kekerasan terhadap Jurnalis Perempuan dan Minimnya Keterwakilan dalam Politik

SDK dan Derita yang Belum Disudahi: Dari Sulawesi Barat, Seruan Ekososialis Menggema

SDK dan Derita yang Belum Disudahi: Dari Sulawesi Barat, Seruan Ekososialis Menggema

Krisis Industri, Derita Buruh, dan Jalan Ekososialis

Krisis Industri, Derita Buruh, dan Jalan Ekososialis

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rekomendasi

Lebih Dari Raising Awareness

Lebih Dari Raising Awareness

10 months ago
Dekolonialisasi Palestina dan Mengembalikan Kodrat Gerakan Lingkungan

Dekolonialisasi Palestina dan Mengembalikan Kodrat Gerakan Lingkungan

4 months ago
Hijau Muda Hadir di Festival Kelas Pekerja: Politik Hijau, Ekspresi Perlawanan, dan Ruang Kolaborasi

Hijau Muda Hadir di Festival Kelas Pekerja: Politik Hijau, Ekspresi Perlawanan, dan Ruang Kolaborasi

8 hours ago
Tiga Tahun Melawan, Warga Menang! Dokumen Tambang KPC Akhirnya Terbuka

Tiga Tahun Melawan, Warga Menang! Dokumen Tambang KPC Akhirnya Terbuka

2 months ago

Kategori

  • Editorial
  • Ekonomi
  • Esai
  • Fenomena
  • Kabar Daerah
  • Kabar Nasional
  • Komunitas
  • Lingkungan
  • Opini
  • Politik
  • Resensi
  • Wacana

Pencarian Berdasarkan Tag

Ekososialisme konde.co Partai Buruh Partai Hijau Indonesia PHI PHI Sulsel

Berita Populer

Program Ekososialis: Gagasan Awal
Resensi

Program Ekososialis: Gagasan Awal

by AdminWeb
April 7, 2025
0

kabarphi.com - Ditengah ambang batas 1.5°C yang telah ditetapkan, emisi karbon terus meningkat dan alam semakin rusak,...

SELAMATKAN PESISIR PANTAI KAROSSA DAN MUARA SUNGAI SILAJA: RAKYAT BUKAN KAMBING HITAM

SELAMATKAN PESISIR PANTAI KAROSSA DAN MUARA SUNGAI SILAJA: RAKYAT BUKAN KAMBING HITAM

April 7, 2025
Partai Hijau Indonesia Desak Pencabutan Izin Tambang PT. ASR di Pesisir Karossa dan Silaja

Partai Hijau Indonesia Desak Pencabutan Izin Tambang PT. ASR di Pesisir Karossa dan Silaja

April 29, 2025
Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

April 29, 2025
Tugas Ganda Demokrasi Ekososialisme

Tugas Ganda Demokrasi Ekososialisme

April 20, 2025

Berita Terbaru

Hijau Muda Hadir di Festival Kelas Pekerja: Politik Hijau, Ekspresi Perlawanan, dan Ruang Kolaborasi

Pendidikan Kepengurusan Perdana PHI 2025: Menyemai Kader Hijau yang Progresif dan Berwawasan Lokal

Mengurai Ekofeminisme dan Perlawanan Masyarakat Adat di Samarinda

Krisis Industri, Derita Buruh, dan Jalan Ekososialis

SDK dan Derita yang Belum Disudahi: Dari Sulawesi Barat, Seruan Ekososialis Menggema

Kabarphi

Selamat datang di kabarphi.com, portal informasi yang bisa kamu gunakan untuk mencari tahu kabar paling baru dari Partai Hijau Indonesia.

Informasi

  • Tentang Kami
  • Redaksi

© 2024 Kabar PHI. All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kabar Nasional
  • Kabar Daerah
  • Wacana
    • Esai
    • Analisis
  • Opini
  • Fenomena
    • Ekonomi
    • Politik
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Perempuan
  • Editorial
  • Resensi

© 2024 Kabar PHI . All rights reserved