Kabarphi
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kabar Nasional
  • Kabar Daerah
  • Wacana
    • Esai
    • Analisis
  • Opini
  • Fenomena
    • Ekonomi
    • Politik
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Perempuan
  • Editorial
  • Resensi
No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kabar Nasional
  • Kabar Daerah
  • Wacana
    • Esai
    • Analisis
  • Opini
  • Fenomena
    • Ekonomi
    • Politik
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Perempuan
  • Editorial
  • Resensi
No Result
View All Result
Kabarphi
No Result
View All Result
Home Wacana Esai

Krisis Industri, Derita Buruh, dan Jalan Ekososialis

AdminWeb by AdminWeb
May 15, 2025
in Esai
Reading Time: 4 mins read
0
Krisis Industri, Derita Buruh, dan Jalan Ekososialis

Buruh dan karyawan mendengarkan pidato dari direksi perusahaan di Pabrik Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (28/2/2025). Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Tengah mencatat 10.965 buruh dan karyawan di empat perusahaan terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) PT. Sritex Tbk setelah diputus pailit oleh Pengadilan Niaga. (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)

0
SHARES
386
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

kabarphi.com – Awal tahun 2025 tak datang dengan kabar baik. Di balik deretan angka dan grafik ekonomi yang turun, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia merosot tajam mengguratkan kembali luka yang belum sempat sembuh sejak pandemi merenggut nafas banyak sektor. Namun sesungguhnya, angka itu bukan sekadar statistik. Ia adalah cermin retak dari kenyataan getir: sebuah tragedi yang diam-diam menimpa jutaan buruh yang hidupnya terjalin erat dengan denyut mesin-mesin pabrik yang kini mulai berhenti berdetak.

Krisis ini bukan datang dari ruang hampa. Ia adalah buah dari kebijakan ekonomi yang, atas nama efisiensi dan pertumbuhan, membuka pintu impor selebar langit, sembari perlahan menutup jendela harapan bagi industri lokal. Negara tak lagi menjadi pelindung rakyat, melainkan agen dari pasar bebas yang mengabdi pada logika kapital global. Dalam kerangka Marxis, negeri ini tak lain hanyalah satelit yang mengorbit pada pusat-pusat kekuasaan modal internasional tanpa arah, tanpa kendali sejati.

Alih-alih membangun kemandirian ekonomi, negara justru sibuk merangkai karpet merah bagi korporasi besar dan importir yang punya koneksi dengan kursi kekuasaan. Sementara itu, pelaku manufaktur kecil dan menengah harus berjuang di arena yang tak adil, dihempas gelombang barang murah dari luar negeri tanpa perlindungan memadai.

Angka PMI Indonesia pada Agustus 2024 sebesar 48,9, turun dari bulan sebelumnya yang sudah terpuruk di 49,3 hanya mengkonfirmasi apa yang telah lama dirasakan para pekerja. Output turun, pesanan baru menghilang, dan buruh dipangkas seolah angka-angka itu tak menyimpan nyawa. Paul Smith dari S&P Global menyebut pemutusan hubungan kerja ini sebagai “sementara”, tapi bagi mereka yang kehilangan pekerjaan, setiap hari tanpa upah adalah selamanya.

Kapitalisme global, sebagaimana ditulis dalam Deklarasi Ekososialis Belem, bukan hanya sistem yang eksploitatif, tapi juga destruktif. Ia melumat bumi dan manusia demi laba. Maka kebijakan impor bukanlah solusi, melainkan instrumen penghancur. Negara membuka keran pasar luar bukan karena tak ada pilihan, melainkan karena tunduk pada hukum besi pasar global.

Sementara buruh dirumahkan dan upah lembur lenyap, para importir besar dan konglomerat dengan jejaring dagang lintas negara menikmati margin keuntungan dari selisih harga barang asing. Mereka yang mengendalikan sektor energi, kehutanan, pulp & paper, serta agribisnis, juga menguasai rantai pasok industri, termasuk impor mesin dan bahan baku. Menurut berbagai laporan industri, nilai impornya mencapai ratusan miliar rupiah tiap tahun angka yang kontras dengan derita sektor manufaktur lokal yang dibiarkan tenggelam tanpa perlindungan.

Ekososialisme menolak mitos pertumbuhan tanpa batas. Ia menawarkan arah yang berbeda: sebuah dunia di mana produksi tak ditentukan oleh laba, melainkan oleh kebutuhan sosial dan keberlanjutan ekologis. Dalam dunia semacam itu, buruh bukan sekadar korban, tetapi subjek perubahan. Mereka bukan hanya tangan yang menggerakkan mesin, tapi juga pikiran dan hati yang bisa merancang masa depan bersama.

Krisis ini paling keras memukul mereka yang berada di dasar rantai produksi. Data Kemnaker menunjukkan 42.863 buruh kehilangan pekerjaan hanya dalam tujuh bulan pertama tahun 2024 angka yang jauh lebih nyata daripada proyeksi apapun. Mereka bukan angka, mereka adalah wajah, keluarga, dan harapan yang runtuh satu demi satu.

Namun negara tampaknya memilih berpaling. UU Cipta Kerja dan berbagai kebijakan pro-deregulasi hanya mempertebal jurang antara kelas pekerja dan elite pemilik modal. Di saat pabrik tutup, yang diselamatkan bukan pekerjanya, melainkan pemiliknya. Ketika krisis datang, yang dirangkul bukan yang terdampak, melainkan yang paling besar kontribusinya pada neraca laba.

Siapa yang untung dari semua ini? Jawabannya tak sulit ditebak. Mereka yang memiliki modal, kuasa, dan koneksi. Krisis, bagi kapitalisme, bukanlah kecelakaan. Ia adalah mekanisme penyaringan. Saat yang lemah tumbang, yang kuat tumbuh semakin besar, mencengkeram perdagangan, energi, dan tanah.

Ekososialisme menawarkan jalan lain. Jalan yang tak hanya membongkar tatanan lama, tapi juga membangun yang baru berbasis komunitas, demokratis, dan ramah lingkungan. Produksi dikelola kolektif oleh buruh dan masyarakat. Energi dikembalikan ke publik, bukan diprivatisasi. Nilai guna menggantikan nilai tukar. Ekonomi dibentuk berdasarkan keseimbangan ekologis, bukan pertumbuhan rakus tanpa batas.

Platform Hijau Indonesia mendorong transisi ke arah ini. Ia menyerukan pembangunan industri hijau berskala lokal, mendorong koperasi pekerja, dan mengakui hak masyarakat adat serta perempuan sebagai kunci perubahan sosial. Karena, seperti diungkap Deklarasi Belem: “Perjuangan buruh tak bisa dipisahkan dari perjuangan lingkungan.”

PMI yang merosot bukan sekadar berita buruk ekonomi. Ia adalah nyala peringatan bahwa sistem ini telah gagal. Kini bukan waktunya menambal luka dengan subsidi atau pelatihan kerja palsu. Ini saatnya rakyat bangkit, mengambil kembali kendali atas produksi, atas bumi, dan atas masa depan mereka sendiri.

 

Penulis: Belfry (Anggota Partai Hijau Indonesia)

AdminWeb

AdminWeb

Kabar PHI adalah portal berita yang berfokus pada kabar-kabar terbaru di Indonesia, dengan tujuan menjadi sumber informasi utama bagi para pekerja, pengusaha, praktisi hukum, dan masyarakat umum. Kami berdedikasi untuk menyajikan berita yang akurat, analisis yang mendalam, serta panduan praktis yang dapat membantu masyarakat mendapatkan kabar terbaru.

Related Posts

Indonesia Gelap: Jalan menuju Indonesia Baru
Esai

Indonesia Gelap: Jalan menuju Indonesia Baru

May 4, 2025
SELAMATKAN PESISIR PANTAI KAROSSA DAN MUARA SUNGAI SILAJA: RAKYAT BUKAN KAMBING HITAM
Esai

SELAMATKAN PESISIR PANTAI KAROSSA DAN MUARA SUNGAI SILAJA: RAKYAT BUKAN KAMBING HITAM

April 7, 2025
Next Post
Mengurai Ekofeminisme dan Perlawanan Masyarakat Adat di Samarinda

Mengurai Ekofeminisme dan Perlawanan Masyarakat Adat di Samarinda

Pendidikan Kepengurusan Perdana PHI 2025: Menyemai Kader Hijau yang Progresif dan Berwawasan Lokal

Pendidikan Kepengurusan Perdana PHI 2025: Menyemai Kader Hijau yang Progresif dan Berwawasan Lokal

Hijau Muda Hadir di Festival Kelas Pekerja: Politik Hijau, Ekspresi Perlawanan, dan Ruang Kolaborasi

Hijau Muda Hadir di Festival Kelas Pekerja: Politik Hijau, Ekspresi Perlawanan, dan Ruang Kolaborasi

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rekomendasi

Perlawanan Warga, Menolak Suap Tambang untuk Ormas Keagamaan

Perlawanan Warga, Menolak Suap Tambang untuk Ormas Keagamaan

9 months ago

DPR & Rezim Bermain Api! PHI: Revisi UU TNI Ancaman Nyata bagi Demokrasi

3 months ago
Bertarung di Parlemen Adalah Urusan Rumah Tangga

Bertarung di Parlemen Adalah Urusan Rumah Tangga

10 months ago
Kutuk Invansi Israel di Gaza, Pendudukan Wilayah Palestina dan Serangan di Lebanon

Kutuk Invansi Israel di Gaza, Pendudukan Wilayah Palestina dan Serangan di Lebanon

8 months ago

Kategori

  • Editorial
  • Ekonomi
  • Esai
  • Fenomena
  • Kabar Daerah
  • Kabar Nasional
  • Komunitas
  • Lingkungan
  • Opini
  • Politik
  • Resensi
  • Wacana

Pencarian Berdasarkan Tag

Ekososialisme konde.co Partai Buruh Partai Hijau Indonesia PHI PHI Sulsel

Berita Populer

Program Ekososialis: Gagasan Awal
Resensi

Program Ekososialis: Gagasan Awal

by AdminWeb
April 7, 2025
0

kabarphi.com - Ditengah ambang batas 1.5°C yang telah ditetapkan, emisi karbon terus meningkat dan alam semakin rusak,...

SELAMATKAN PESISIR PANTAI KAROSSA DAN MUARA SUNGAI SILAJA: RAKYAT BUKAN KAMBING HITAM

SELAMATKAN PESISIR PANTAI KAROSSA DAN MUARA SUNGAI SILAJA: RAKYAT BUKAN KAMBING HITAM

April 7, 2025
Partai Hijau Indonesia Desak Pencabutan Izin Tambang PT. ASR di Pesisir Karossa dan Silaja

Partai Hijau Indonesia Desak Pencabutan Izin Tambang PT. ASR di Pesisir Karossa dan Silaja

April 29, 2025
Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

April 29, 2025
Tugas Ganda Demokrasi Ekososialisme

Tugas Ganda Demokrasi Ekososialisme

April 20, 2025

Berita Terbaru

Hijau Muda Hadir di Festival Kelas Pekerja: Politik Hijau, Ekspresi Perlawanan, dan Ruang Kolaborasi

Pendidikan Kepengurusan Perdana PHI 2025: Menyemai Kader Hijau yang Progresif dan Berwawasan Lokal

Mengurai Ekofeminisme dan Perlawanan Masyarakat Adat di Samarinda

Krisis Industri, Derita Buruh, dan Jalan Ekososialis

SDK dan Derita yang Belum Disudahi: Dari Sulawesi Barat, Seruan Ekososialis Menggema

Kabarphi

Selamat datang di kabarphi.com, portal informasi yang bisa kamu gunakan untuk mencari tahu kabar paling baru dari Partai Hijau Indonesia.

Informasi

  • Tentang Kami
  • Redaksi

© 2024 Kabar PHI. All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kabar Nasional
  • Kabar Daerah
  • Wacana
    • Esai
    • Analisis
  • Opini
  • Fenomena
    • Ekonomi
    • Politik
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Perempuan
  • Editorial
  • Resensi

© 2024 Kabar PHI . All rights reserved