Kabarphi
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kabar Nasional
  • Kabar Daerah
  • Wacana
    • Esai
    • Analisis
  • Opini
  • Fenomena
    • Ekonomi
    • Politik
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Perempuan
  • Editorial
  • Resensi
No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kabar Nasional
  • Kabar Daerah
  • Wacana
    • Esai
    • Analisis
  • Opini
  • Fenomena
    • Ekonomi
    • Politik
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Perempuan
  • Editorial
  • Resensi
No Result
View All Result
Kabarphi
No Result
View All Result
Home Resensi

Tugas Ganda Demokrasi Ekososialisme

AdminWeb by AdminWeb
April 20, 2025
in Resensi
Reading Time: 11 mins read
0
Tugas Ganda Demokrasi Ekososialisme
0
SHARES
145
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Saat ini kita tengah menghadapi dua krisis secara bersamaan: krisis ekologi yang membuat tekanan pada system bumi hingga melewati batas-batas yang berbahaya serta krisis sosial yang dibuktikan dengan milliaran orang tidak mendapat akses ke kebutuhan dasar dan pelayanan umum. Lebih dari 40 persen populasi tidak memiliki akses terhadap makanan bergizi; 50 persen tidak memiliki akses ke fasilitas sanitasi dan 70 persen tidak memiliki akses ke fasilitas Kesehatan.

Ketimpangan terlihat nyata di negara dunia selatan, dimana kekuatan imperialis melalui pertukaran yang tidak adil memelihara kemiskinan dan kesenjangan. Namun, hal yang sama juga terjadi di negara utara: di Amerika Serikat, hampir setengah dari populasi tidak mampu mengkases fasilitas Kesehatan; di Inggris, 4,3 juta anak hidup di garis kemiskinan; di Uni Eropa, 90 juta orang hidup dengan kerentanan ekonomi. Pola kesenjangan ini juga berjalan beriringan dengan diskriminasi ras dan gender.

Program politik yang dijanjikan untuk menyelesaikan dan menganalisa masalah ini tidak akan berhasil apabila tidak menyelesaikan krisis ekologi dan krisis sosial secara bersamaan. Upaya menyelesaikan salah satu masalah tanpa masalah yang lainnya akan meninggalkan kontradiksi yang mengakar dan akan berbuah masalah yang lebih besar. Meskipun tentu saja, masalah yang besar sudah terjadi.

Penting untuk dipahami bahwa krisis sosial dan ekologis didorong oleh sistem produksi kapitalisme. Kedua masalah tersebut merupakan gejala dari krisis kapitalisme. Kapitalisme tidak hanya didefinisikan sebagai pasar, perdagangan, dan bisnis seperti yang orang sering asumsikan. Padahal, tiga hal tersebut sudah terjadi selama ratusan tahun tanpa menyebabkan krisis ekologis Namun, kapitalisme yang kita perlu kita lawan adalah kapitalisme yang pada dasarnya memiliki karakter anti-demokratis.

Betul bahwa saat ini kita hidup di era sistem politik electoral – meskipun busuk dan sudah dibajak oleh berbagai kepentingan – dimana kita dapat memilih pemimpin politik dari waktu ke waktu. Namun, dalam hal mode produksi, tidak ada yang dapat dikatakan sebagai demokrasi. Produksi dikendalikan sepenuhnya oleh pemilik modal: korporasi besar, institusi keuangan, dan 1 persen yang menguasai asset-aset besar. Pemilik modal mengendalikan tenaga kerja dan sumber daya planet untuk kepentingan  mereka; menentukan apa yang ingin mereka produksi; dengan syarat-syarat yang mereka tetapkan sendiri; dan bagaimana keuntungan yang diciptakan oleh pekerja dapat dimanfaatkan dan didistribusikan.

Selain itu, penting juga diperjelas bahwa bagi pemilik modal, tujuan dari produksi bukanlah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia atau menciptakan kemajuan sosial, apalagi untuk melindungi ekologis. Melainkan, tujuan dari produksi adalah untuk memaksimalkan dan menambah kekayaan.

Hasilnya, dunia dengan sistem kapitalisme berkarakter bentuk produksi yang buruk. Pemodal mengarahkan pendanaan kepada produk-produk yang bernilai tinggi seperti kebutuhan olahraga, kendaraan, daging-daging olahan, busana, persenjataan, bahan bakar fosil, dan spekulasi property. Disaat yang sama, pemodal menciptakan kelangkaan kebutuhan dan pelayanan dasar seperti trasportasi public, pelayanan Kesehaltan, makanan bergizi, energi terbharukan, dan perumahan dengan harga terjangkau. Dinamika ini terjadi terjadi tidak hanya di level domestic, melainkan juga memiliki dimensi imperialis. Tanah, tenaga kerja, dan kapasitas produksi negara dunia selatan diserap habis-habisan untuk memenuhi kebutuhan komoditas rantai suplai global yang didominasi oleh pemilik modal di dunia utara. Pisang untuk Chiquita, kapas untuk Zara, kopi untuk Starbucks, Smartphones untuk Apple, dan coltan untuk Tesla, semuanya diproduksi untuk kepentingan negara utara dan dijual dengan harga yang ditekan murah. Alih-alih memproduksi makanan, perumahan, fasilitas Kesehatan, Pendidikan, dan kebutuhan industry yang sesuai dnegan kepentingan nasional. Akumulasi kekayaan di dunia utara bergantung pada tenaga kerja dan sumber daya di negara selatan.

Sehingga tidak mengejutkan meskipun angka produksi yang tinggi, serta penggunaan energi dan bahan material – ketimpangan masih terjadi di sistem kapitalisme. Kapitalisme terlalu banyak memproduksi, tetapi tidak cukup memproduksi untuk hal-hal yang tepat. Akses ke kebutuhan dan pelayanan dasar dibatasi oleh komodifikasi: dan karena pemodal mencari tenaga kerja murah, khususnya di negara dunia selatan, konsumsi kelas pekerja menjadi terbatasi.

Peter Kroprotkin memberikan perhatian pada dinamika ini 130 thaun yang lalu. Dalam bukunya The Conquest of Bread, dia mengamati meskipun tingkat produksi di Eropa abad ke-19 tergolong tinggi, mayoritas penduduk hidup ditengah penderitaan. Hal ini disebabkan oleh relasi produksi kapitalisme bergerak diantara “apapun yang akan membeikan keuntungan tersebar bagi pemegang monopoli pasar.” “laki-laki kaya yang jumlahnya sedikit memanipulasi sistem ekonomi negara.” Sementara itu, warga yang tidak mampu memproduksi mandiri kebutuhannya sehari-hari.

Kropotkin menyatakan bahwa bahwa “tenaga kerja terbuang sia-sia untuk memelihara kandang dan rombongan orang kaya, memenuhi kebutuhan dan keinginan busuk masyarakat, memaksan konsumen untuk membeli hal yang tidak dibutuhkan, atau menipu melalui iklan, dan memproduksi hal yang dapat melukai tetapi menguntungkan perusahaan.”

Namun, aktivitas produksi ini dapat dimanfaatkan untuk tujaun lain. “apa yang terbuang dari aktivitas ini cukup untuk melipatgandakan produksi dari barang-barang yang dibutuhkan, memenuhi pabrik kita dengan mesin yang akan membajiri toko yang saat ini tidak dimiliki dua per tiga negar.a” jika pekerja dan petani memiliki penguasaan kolektif atas alat produksi, mereka dapat dengan mudah memastikan apa yang Kropotkin sebut sebagai “hidup layak untuk semua”. Kemiskinan yang merajalela, ketimpangan, kelangkaan palsu yang menjadi karakter kapitalisme akan berhentik cepat atau lambat.

Argumentasi Kropotkin masih relevan hingga saat ini. Memenuhi kebuutuhan layak tiap orang di bumi tidak membutuhkan kapasitas produksi yang banyak. Akan tetapi, dengan realita krisis ekologi, kita harus menghadapi tantangan ganda: mencapai hidup layak bagi semua dan disaat yang sama mengurangi kebutuhan energi dan material  (terutama di negara utara) untuk dapat mendorong dekarbonisasi yang cepat dan efisien serta mengembalikan ekonomi dunia ke batas aman planet. Inovasi teknologi untuk mencapai efisiensi dibutuhkan untuk hal ini, akan tetapi, negara dengan pendapatan tinggi harus mengurangi produksi yang tida kterlalu dibutuhkan dalam rangka mengurangi kelebihan pengunaan energi dan material secara langsung.

Jika kapitalisme selalu tidak berhasil dalam mencapai tujuan mencapai kebutuhan yang baik bagi semua orang, maka tentunya tidak akan mencapai tujuan yang satunya. Secara structural, hal tersebut tidak mungkin karena bertentangan dengan logika kapitalisme yang mendorong angka produksi yang tidak terbatas agar dapat mempertahankan akumulasi kekayaan yang berkelanjutan.

Sehingga sudah jelas apa yang harus dilakukan: kita harus mengendalikan finansial dan produksi secara demokratis, sebagaimana yang diargumentasikan oleh Kropotkin, serta mengorganisasikannya untuk mencapai kondisi hidup dan ekologi yang baik. Sebagaimana yang disebutkan oleh Kropotkin, penting untuk membedakan produksi yang dibutuhkan untuk kebutuhan sosial dan produksi yang bersifat produktif dan memiliki manfaat yang kurang untuk peningkatan sosial sehingga harus diturunkan. Ini adalah tugas revolusi menyejarah yang generasi kita hadapi.

Bagaimana perekonomian seperti itu berjalan? Terdapat beberapa tugas yang perlu dilakukan.

Untuk mengamankan kebutuhan dasar sosial, hal yang pertama perlu dilakukan adalah memperluas dan mengratiskan kebutuhan publik. Kebutuhan publik ini tidak hanya meliputi fasilitas Kesehatan dan Pendidikan, tetapi juga perumahan, transportasi, energi, air, internet, perawatan anak, fasilitas rekreasi, dan makanan yang bergizi untuk semua. Kekuatan produksi perlu dimobilisasi untuk memastikan setiap orang mendapatkan akses kebutuhan dan pelayan dasar yang dibutuhkan untuk menunjang hidup layak.

Kedua, kita perlu menciptakan program pekerjaan umum untuk menciptakan kapasitas energi terbaharukan, menyiapkan rumah menghadapi tekanan cuaca, memproduksi dan memasang perangkat yang efisien, memulihkan ekosistem, dan mendorong inovasi yang sesuai dengan kebutuhan sosial dan ekologis yang efisien. Intevensi ini perlu dilakukan secepat mungkin dan tidak dapat menunggu pemilik modal memutuskan apakah hal tersebut layak untuk dilakukan.

Ketiga, kita harus memperkenalkan jaminan pekerjaan umum, mendoorng orang untuk terlibat dalam proyek kolektif, melakukan pekerjaan yang bermakna dengan demokrasi di tempat kerja dan upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup. Jaminan pekerjaan ini harus didanai oleh Lembaga keuangan yang dijalankan secara demokratis di berbagai tingkatan masyarakat.

Upaya ini mampu menciptakan tujuan ekologis, tetapi juga mengurangi pengangguran, kerentanan ekonomi dan memastikan kehidupan yang layak bagi semua orang tanpa melihat fluktuasi dalam hasil produksi. Untuk bentuk ekonomi lainnya, perusahaan swasta harus dikuasai secara demokratis  dibawah kendali pekerja dan pengawasan komunitas, serta produksi harus dilakukan untuk mencapai tujuan sosial dan ekologis yang baik.

Setelah kita memperbaiki sector sosial dan ekologis, kita juga perlu mengurangi produksi yang tidak terlalu penting untuk kebutuhan sosial dan ekologis. Contohnya, energi fosil yang mana kita harus memiliki target yang ketat untuk menutup industry ini dengan cara yang adil. Akan tetapi, sebagaimana yang disampaikan oleh pemikir degrowth, kita harus mengurangi produksi di berbagai industry yang destruktif (mobil, pesawat, perumahan elit, daging olahan, fast fashion, periklanan, persenjataan, dan seterusnya), memperpanjang usia produk dan tidak memperbolehkan produk-produk yang sengaja direncanakan untuk rusak secara permanen.

Terakhir, kita harus mengurangi daya beli pemilik modal dengan cara memajaki orang-orang kaya dan  rasio pendapatan maksimum. Saat ini, milyoner mengkonsumsi 72% karbon untuk menjaga planet di suhu 1.5 C. hal ini merupakan penghinaan terhadap kemanusiaan dan kehidupan di bumi dan tidak harus diterima. Hal ini tidak rasional dan tidak adil untuk melanjutkan pengalihan energi dan sumber daya untuk mendukung kebutuhan konsumsi yang berlebihan para elit ditengah darurat ekologis.

Jika setelah menjalani Langkah ini kita mengetahui bahwa masyarakat kita membutuhkan sedikit tenaga kerja untuk memproduksi apa yang kita butuhkan, maka kita dapat mengurangi hari kerja, memberikan orang waktu luang lebih dan membagikan kerja secara merata, sehingga mengurangi pengangguran.

Transisi ini harus bersifat internasional, atau bergerak dari negara utara menuju selatan. Kebutuhan energi dan material yang tinggi di negara utara harus diuturnkan untuk mencapai tujuan ekologis, sementara itu kapasitas produksi di negara selatan harus direbut, diorganisasikan ulang, untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dan pertumbuhan. Untuk negara selatan, usaha ini membutuhkan menghentikan kebijakan penyesuaian structural, membatalkan hutang luar negeri, dan memastikan ketersediaan teknologi secara universal, dan memperbolehkan pemerintah untuk menggunakan kebijakan industry dan fiscal yang progresif untuk menciptakan kedaulatan ekonomi. Ditengah absennya Kerjasama multilateral yang efektif, pemerintah negara selatan harus mengambil Langkah sepihak atau pun kolektif dalam menuju pembangunan kolektif dan harus didukung dalam mencapai tujuan ini.

Sehingga, perlu dipahami bahwa degrowth – sebuah cara pandang yang dibayangkan oleh peneliti dan aktivis dalam satu decade terakhir – perlu dipandang sebagai salah satu elemen untuk mencapai perjuangan ekososialisme dan anti-imperialis.

Apakah program yang disampaikan diatas mampu untuk dicapai? Tentu saja, secara definitive. Sebagaimana yang diakui oleh ekonom kapitalisme terpandang John Maynard Keynes – dan sebagaimana ekonom sosialis selalu pahami – apapun yang bis akita lakukan, dalam hal kapasitas produksi, kita lebih dari cukup. Dengan menciptakan penguasan demokratis atas finansial dan produksi, kita dapat mengubah kapasitas kita yang semulanya memproduksi hal yang tidak dibutuhkan dan bertujuan untuk menumpuk kekayaan orang kaya menuju tujuan sosial dan ekologis.

Beberapa orang akan menganggap ini sebagai ide yang utopis. Akan tetapi, kebijakan ini justru sangat popular dan pro-rakyat. Akses pelayan publik yang terbuka, jaminan pekerjaan umum, kesteraan, dan ekonomi yang difokuskan kepada kebutuhan dan ekologi yang layak dibandingkan pertumbuhan – polling dna survey menunjukan adanya dukungan kuat terhadap ide-ide tersebut dan pejabat di dewan perwakilan di beberapa negara sudah mendorong transisi yang disebutkan diatas. Sehingga, program tersebut berpotensi sesuai dengan kebutuhan rakyat dan dapat dicapai secara politis.

Akan tetapi, hal ini tidak akan terjadi dengan sendirinya. Dibutuhkan kekuatan politik yang kuat untuk menantang mereka yang diuntungkan dari kondisi saat ini. Sehingga, ini bukan program yang tepat untuk reformis yang berupaya memperbaiki system yang rusak. Ini saatnya untuk perubahan revolusioner. Sudah jelas bahwa disaat Gerakan lingkungan  yang bergerak saat ini tidak cukup menjadi satu-satunya agen perubahan. Meskipun Gerakan lingkungan sudah berhasil dalam membawa isu lingkungan menjadi konsumsi publik, Gerakan lingkungan masih abai dalam Analisa structural dan memperkuat tawaran politik untuk mencapai transisi yang dibutuhkan. Partai Hijau borjuis tidak memerhatikan perjuangan kelas pekerja, kebijakan perlindungan sosial, dan dinamika imperialis. Untuk menghadapi kekurangan ini, Gerakan lingkungan perlu bekerjasama dengan serikat pekerja, Gerakan pekerja, dan bentuk Gerakan lain yang didasari oleh kepentingan kelas pekerja yang memiliki kapasitas politik lebih kuat, termasuk diantaranya kekuatan untuk mogok kerja.

Untuk melakukan ini, Gerakan lingkungan harus membumikan program politik yang sudah dijelaskan diatas, mengorganisasikan untuk menghapus kerentanan ekonomi yang membuat kelas pekerja dan serikat khawatir akan dampak ekologi radikal yang kemungkinan akan berdampak pada kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, seirkat pekerja juga harus bergerak. Saya mengatakan ini bukan sebagai kritik dari luar, tetapi sebagai anggota serikat sejak lama. Bagaimana kita terus membiarkan ruang politik Gerakan pekerja untuk menyempit kepada perjuangan upah dan kondisi pekerja pada industry-industri tertentu, sementara membiarkan struktur ekonomi kapitalis untuk terus berkembang? Kita harus mengembalikan ambisi   asli kita dan menyatukan seluruh sector – termasuk juga bagi para pengangguran – untuk mengamankan kebutuhan dasar sosial dan mencapai demokrasi ekonomi.

Akhirnya, Gerakan progresif di dunia utara harus Bersatu, mendukung, dna mempertahankan Gerakan anti colonial dan radikal di dunia selatan. Pekerja dan kaum miskin di dunia utara berkontribusi sebesar 90% terhadap tenaga kerja yang menghidupi ekonomi kelompok pemodal, dan negara dunia selatan memiliki lahan yang  produktif dan sumber daya yang kritis, sehingga membuat negara selatan memiliki daya tawar yang lebih tinggi dalam melawan negara utara. Setiap pemikir politik yang tidak memperimbangkan Gerakan pekerja di dunia selatan sebagai lokomotif revolusi mengartikan berarti gagal dalam menilai keadaan.

Upaya ini membutuhkan kerja-kerja keras dalam mengorganisasikan, menciptakan solidaritas, dan mendorong persatuan keinginan politik yang sama. Hal ini membutuhkan strategi, dan membutuhkan keberanian. Apakah ada harapan? Tentu saja. Kita mengetahui bahwa secara empiris memungkinkan untuk mencapai ekonomi yang adil dan berkelanjutan. Akan tetapi, harapan kita harus sekuat perjuangan. Jika kita ingin harapan  – dan jika ingin kemenangan – maka kita harus terus berjuang.

 

Diterjemahkan dari artikel asli “The Double Objective of Democratic Ecosocialism” by Jason Hickel

https://monthlyreview.org/2023/09/01/the-double-objective-of-democratic-ecosocialism/#lightbox/0/

 

AdminWeb

AdminWeb

Kabar PHI adalah portal berita yang berfokus pada kabar-kabar terbaru di Indonesia, dengan tujuan menjadi sumber informasi utama bagi para pekerja, pengusaha, praktisi hukum, dan masyarakat umum. Kami berdedikasi untuk menyajikan berita yang akurat, analisis yang mendalam, serta panduan praktis yang dapat membantu masyarakat mendapatkan kabar terbaru.

Related Posts

Sosialisme 101: Apakah kapitalisme menghancurkan planet ini?
Resensi

Sosialisme 101: Apakah kapitalisme menghancurkan planet ini?

May 10, 2025
Deklarasi Ekososialis Belem
Resensi

Deklarasi Ekososialis Belem

May 7, 2025
Kapitalisme Yang Membakar Planet, Bukan Orang Biasa
Resensi

Kapitalisme Yang Membakar Planet, Bukan Orang Biasa

May 4, 2025
Next Post
Kader Partai Hijau Indonesia Rayakan Hari Bumi Lewat Diskusi Kritis dan Pertemuan Komunitas

Kader Partai Hijau Indonesia Rayakan Hari Bumi Lewat Diskusi Kritis dan Pertemuan Komunitas

Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

Partai Hijau Indonesia Desak Pencabutan Izin Tambang PT. ASR di Pesisir Karossa dan Silaja

Partai Hijau Indonesia Desak Pencabutan Izin Tambang PT. ASR di Pesisir Karossa dan Silaja

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rekomendasi

Tugas Ganda Demokrasi Ekososialisme

Tugas Ganda Demokrasi Ekososialisme

2 months ago
Dekolonialisasi Palestina dan Mengembalikan Kodrat Gerakan Lingkungan

Dekolonialisasi Palestina dan Mengembalikan Kodrat Gerakan Lingkungan

4 months ago
Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

2 months ago

Gaungkan Protest Vote, Warga Jakarta Perlu Rintis Pemerintahan Tanding

8 months ago

Kategori

  • Editorial
  • Ekonomi
  • Esai
  • Fenomena
  • Kabar Daerah
  • Kabar Nasional
  • Komunitas
  • Lingkungan
  • Opini
  • Politik
  • Resensi
  • Wacana

Pencarian Berdasarkan Tag

Ekososialisme konde.co Partai Buruh Partai Hijau Indonesia PHI PHI Sulsel

Berita Populer

Program Ekososialis: Gagasan Awal
Resensi

Program Ekososialis: Gagasan Awal

by AdminWeb
April 7, 2025
0

kabarphi.com - Ditengah ambang batas 1.5°C yang telah ditetapkan, emisi karbon terus meningkat dan alam semakin rusak,...

SELAMATKAN PESISIR PANTAI KAROSSA DAN MUARA SUNGAI SILAJA: RAKYAT BUKAN KAMBING HITAM

SELAMATKAN PESISIR PANTAI KAROSSA DAN MUARA SUNGAI SILAJA: RAKYAT BUKAN KAMBING HITAM

April 7, 2025
Partai Hijau Indonesia Desak Pencabutan Izin Tambang PT. ASR di Pesisir Karossa dan Silaja

Partai Hijau Indonesia Desak Pencabutan Izin Tambang PT. ASR di Pesisir Karossa dan Silaja

April 29, 2025
Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

April 29, 2025
Tugas Ganda Demokrasi Ekososialisme

Tugas Ganda Demokrasi Ekososialisme

April 20, 2025

Berita Terbaru

Hijau Muda Hadir di Festival Kelas Pekerja: Politik Hijau, Ekspresi Perlawanan, dan Ruang Kolaborasi

Pendidikan Kepengurusan Perdana PHI 2025: Menyemai Kader Hijau yang Progresif dan Berwawasan Lokal

Mengurai Ekofeminisme dan Perlawanan Masyarakat Adat di Samarinda

Krisis Industri, Derita Buruh, dan Jalan Ekososialis

SDK dan Derita yang Belum Disudahi: Dari Sulawesi Barat, Seruan Ekososialis Menggema

Kabarphi

Selamat datang di kabarphi.com, portal informasi yang bisa kamu gunakan untuk mencari tahu kabar paling baru dari Partai Hijau Indonesia.

Informasi

  • Tentang Kami
  • Redaksi

© 2024 Kabar PHI. All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kabar Nasional
  • Kabar Daerah
  • Wacana
    • Esai
    • Analisis
  • Opini
  • Fenomena
    • Ekonomi
    • Politik
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Perempuan
  • Editorial
  • Resensi

© 2024 Kabar PHI . All rights reserved