kabarphi.com – Selama bulan Ramadhan, setiap hari Jumat, Pokja Pendidikan Politik telah secara teratur mengadakan serangkaian kelas yang berjudul “Ngobrol Ekososialisme”, yang dipandu oleh Gus Roy Murtadho. Setiap sesi dimulai pada pukul 20.30 dan berlangsung hingga selesai, dengan total penyelenggaraan sebanyak tiga kali. Fokus utama dari kelas-kelas ini adalah untuk mendalami pemahaman mengenai konsep dasar ekososialisme, membedakannya dengan pendekatan de-growth, mengeksplorasi signifikansi ekososialisme dalam konteks gerakan ‘hijau’ yang sering kali tidak memiliki struktur yang jelas, serta menganalisis posisi eko-sosialis dalam perdebatan teoritis seputar paham Marxisme.
Dalam menjelaskan konsep ekososialisme, Gus Roy mengutip pandangan Michael Lowy yang mendefinisikan ekososialisme sebagai suatu ideologi yang menggabungkan prinsip-prinsip ekologi dan sosialisme. Tujuan utamanya adalah menciptakan sistem yang mampu menggabungkan kesejahteraan sosial dengan pelestarian lingkungan, sambil menolak konsep pertumbuhan ekonomi yang tidak terbatas yang ditawarkan oleh kapitalisme, yang justru memperparah krisis ekologi saat ini. Ekososialisme menekankan pentingnya demokratisasi sarana produksi, pengelolaan ekologis yang bertanggung jawab, serta transformasi budaya dan sistem ekonomi yang ada, sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat yang adil dan berkelanjutan yang memprioritaskan kebutuhan manusia dan planet di atas keuntungan semata.
Lebih lanjut, Gus Roy menjelaskan perbedaan antara pendekatan ekososialisme dan de-growth. Meskipun keduanya memiliki kritik terhadap kapitalisme dan pertumbuhan ekonomi yang tidak berkelanjutan, mereka berbeda dalam strategi dan fokus taktis. Ekososialisme mendorong transformasi ekonomi sistemik dengan mengintegrasikan kritik ekologi dengan analisis Marxis tentang ekonomi politik, sementara de-growth lebih menekankan pada pengurangan skala ekonomi dan pergeseran dari ideologi pertumbuhan.
Dalam konteks gerakan ‘hijau’ yang seringkali bersifat tidak terstruktur, ekososialisme memiliki relevansi yang signifikan karena menawarkan kerangka kerja yang lebih holistik dan terstruktur untuk mengatasi tantangan lingkungan. Sementara beberapa gerakan hijau mungkin fokus pada perubahan individu dan solusi pasar, ekososialisme menekankan perubahan sistemik dan kolektif pada struktur sosio-ekonomi dan politik yang tengah berlangsung. Misalnya, promosi transportasi umum yang murah atau gratis, penolakan terhadap sistem hutang neoliberal dan “penyesuaian struktural”, pertahanan kesehatan masyarakat dari polusi, serta pengurangan waktu kerja.
Pendekatan eko-sosialis berusaha untuk memadukan tuntutan dan gerakan ekologis dengan perjuangan sosial dan ekonomi, dengan tujuan mengatasi akar permasalahan kapitalisme yang dianggap bertanggung jawab atas ketidakadilan sosial serta kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, ekososialisme memberikan pandangan strategis bagi gerakan hijau untuk menjadi lebih efektif dalam memperjuangkan reformasi sistematis yang tidak hanya berfokus pada aspek lingkungan, tetapi juga mempromosikan keadilan sosial dan kesetaraan.
Dalam perdebatan teoritis mengenai Marxisme, posisi eko-sosialis memberikan kontribusi penting dengan memperkaya dan memperluas kerangka analisis Marxis melalui integrasi kritik ekologis terhadap kapitalisme. Ekososialisme menekankan bahwa ekologi bukanlah tambahan belaka dalam analisis Marxis, melainkan komponen sentral yang harus menjadi bagian tak terpisahkan dari kajian kritis terhadap kapitalisme. Dengan menyatukan perjuangan kelas dengan krisis ekologi global, eko-sosialis melihat kapitalisme sebagai akar dari krisis lingkungan saat ini. Dan, oleh karena itu, ekososialisme menegaskan bahwa respons terhadap krisis lingkungan harus mencakup transformasi sistem ekonomi dan sosial yang fundamental, bukan hanya reformasi permukaan yang dipromosikan oleh solusi pasar.
Ekososialisme mengusulkan alternatif yang menekankan pada keadilan sosial dan pelestarian lingkungan melalui sarana-sarana seperti perencanaan demokratis dan kontrol kolektif atas alat produksi, yang diyakini akan memfasilitasi transisi menuju masyarakat yang lebih berkelanjutan dan adil. Dalam konteks ini, ekososialisme merupakan pengembangan dari pemikiran Marxis yang relevan untuk kebutuhan masa kini, dengan mengintegrasikan kritik ekologi ke dalam kerangka analisisnya dan menjadikan perjuangan ekologis sebagai bagian tak terpisahkan dari perjuangan kelas.***
Bahan bacaan Ngobrol Ekososialisme:
- Michael Löwy, “Apa itu ekososialisme“, terjemahan Roy Murtadho.
- Michael Löwy, “Mengapa Ekososialisme: Untuk Masa Depan Merah-Hijau“, terjemahan Roy Murtadho.
- Deklarasi Ekososialisme Belem, 16 Desember 2008
Dapat diunduh melalui Perpustakaan PHI_Ekososialisme