Kabarphi
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kabar Nasional
  • Kabar Daerah
  • Wacana
    • Esai
    • Analisis
  • Opini
  • Fenomena
    • Ekonomi
    • Politik
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Perempuan
  • Editorial
  • Resensi
No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kabar Nasional
  • Kabar Daerah
  • Wacana
    • Esai
    • Analisis
  • Opini
  • Fenomena
    • Ekonomi
    • Politik
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Perempuan
  • Editorial
  • Resensi
No Result
View All Result
Kabarphi
No Result
View All Result
Home Resensi

Ekofeminisme dan Perjuangan Orang Biasa

"Para pencinta lingkungan harus menjadi feminis, dan feminis menjadi pemerhati lingkungan.." (Karen Warren, 2000).

AdminWeb by AdminWeb
August 26, 2024
in Resensi
Reading Time: 5 mins read
0
Ekofeminisme dan Perjuangan Orang Biasa
0
SHARES
84
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

kabarphi.com – Kutipan di prolog buku membuka ruang yang lantas menghubungkan pemikiran feminisme dengan permasalahan lingkungan hidup. Buku ini merupakan kumpulan esai 30 orang kontributor yang tersebar dari Timur hingga Barat Indonesia. Ke-30 penulis esai tersebut adalah alumni sekolah literasi ekofeminis yang digagas Tim Kerja Perempuan dan Tambang serta kolektif RuangBacaPuan. Mereka merupakan alumni dari dua kelas Sekolah Literasi Ekofeminis pada tahun 2021, kelas Musim Hujan dan Kelas Tuarang. 

Kumpulan esai di buku ini adalah tugas akhir di kelas Literasi Ekofeminis yang penulisannya didasari pengamatan dan/ atau keterlibatan para penulis dengan kasus atau fenomena yang mereka pilih dalam topik esainya. Masing-masing esai diwarnai latar belakang penulis, sehingga membaca esai-esai ini serasa bercakap, dan pembaca kemudian bertemu dengan bermacam kedalaman, keluasan bahasan dan cara bertutur.     

Sebut saja perjuangan ibu rumah tangga dengan kerja-kerja domestiknya sebagai unpaid labor seperti dikisahkan Indah Rahmasari dalam esainya Di Balik Cerita Tunggal Kesejahteraan. Indah dengan lugas mempertanyakan standar kesejahteraan versi ekonomi kapitalis, marjinalisasi perannya sebagai ibu rumah tangga yang memberikan kerja perawatan tak berbayar, dan tarikan perilaku serakah dan konsumtif yang mengabaikan relasi manusia dan alam.  

Masih di jalur perilaku konsumtif dan desakan pasar dalam sistem ekonomi kapitalis, ada keprihatinan atas kosmetik yang meracuni tubuh perempuan yang disuarakan Nur Alifah. Dia menyoroti perjalanan seorang Elok yang terjebak memakai kosmetik beracun karena mengikuti standar cantik seperti di iklan produk kecantikan. Cantik yang berbahaya bagi Elok itu, tak jarang juga berbahaya bagi ragam spesies di alam, ketika industri kosmetik menggunakan bahan baku yang mengeksploitasi lingkungan.

Kemudian, ada Vieronica yang menuturkan eksistensi Nasi Aking dan Boenthelan. Berapa banyak dari kita yang masih bertemu dengan nasi aking, nasi sisa yang dijemur hingga kering? Atau dengan boenthelan, kain segiempat yang diikat dan dipertemukan sudutnya sebagai pengganti pembungkus sekali pakai? Dan bahwa ternyata membuat nasi aking dan menggunakan boenthelan adalah bentuk upaya melawan krisis lingkungan.

Ada pula tulisan yang menjadi percik semangat. Tri Octaviani bertutur tentang subsistensi ibu menyusui di tengah terbatasnya akses pada kecukupan gizi di sebuah desa di Kalimantan Tengah. Ada juga semangat para peracik jamu gendhong di Desa Kiringan, Yogyakarta yang masih mempertahankan resep jamu warisan sebagai upaya merawat alam, tradisi dan kesehatan. 

Pembaca juga bisa menyimak cerita dekolonisasi pengetahuan ala Rezha Rizqy yang menceritakan pengetahuan Mbah Utinya dalam meracik jamu untuk berbagai penyakit. Rezha menyebut dekolonisasi pengetahuan dalam konteks terpinggirkannya pengetahuan nenek moyang dan upaya menuliskan pengetahuan warisan seperti dalam buku Ramuan Nenek oleh Erni Aladjai. Rezha menggugat sains modern yang meminggirkan pengetahuan lokal yang bersumber dari alam dan petuah nenek moyang. 

Tak sebatas itu, ada wacana pertaruhan eksistensi multispecies di tapak proyek strategis nasional Food Estate. Ini diurai oleh Belgis dalam esai Pertanian Skala Besar: Keserakahan Manusia vs Alam. Belgis merinci ancaman pada ekosistem gambut yang telah dua kali disasar proyek serupa. Akhir esainya Belgis menyitir pepatah “Keledai saja tak jatuh di lubang yang sama sampai dua kali”. 

Lebih lanjut, kelindan identitas masyarakat adat dan modernitas warisan kolonial  diceritakan Linda Tagie. Linda membagi pengalaman penghayat kepercayaan Jingitiu di Pulau Hawu. Para penghayat Jingitiu yang mendapat cap kafir sejak jaman kolonial, padahal Jingitiu sangat ramah pada perempuan dan menciptakan penyokong sosial yang solid untuk ibu tunggal. Alih-alih menstigma perempuan yang memiliki anak tapi tidak bersedia menikah, Jingitiu memberikan daulat penuh pada ibunya, sehingga anak bisa menggunakan nama ibu sebagai nama belakangnya. Anak yang lahir di luar nikah disebut ana pa kepue, atau anak pohon. Ini mencerminkan filosofi ketangguhan, layaknya pohon yang terus hidup dan bertumbuh selama masih ada tanah dan air. 

Ringkas kata, buku ini merangkum cerita-cerita orang-orang biasa yang memantik perlawanan, mengorganisir komunitas bahkan memandu perubahan. Para penulis esai di buku ini menemukannya di sekitar mereka, di komunitas yang mereka dampingi, bahkan di lingkar terdekatnya. Buku ini menyumbang ragam perspektif di cakrawala pemikiran ekofeminis di Indonesia. Ragam kisah biasa yang sebagian taken for granted, membentang dan menyuguhkan sisi lainnya, perlawanan! Bisa jadi para pejuang ini juga ada di antara kita, atau adakah jiwa juang itu di dalam diri kita?***

 

Judul: Tidak Ada Cerita Tunggal: Esai-esai Ekofeminis Tanah Air

Penulis: Ananda Nabilah, dkk. 

Editor: Siti Maimunah

Penerbit: Interlude

Tahun terbit: 2024

Tebal buku: xix+335 hal

ISBN: 978-623-8275-35-9

Penulis Resensi : Taibah Istiqamah

AdminWeb

AdminWeb

Kabar PHI adalah portal berita yang berfokus pada kabar-kabar terbaru di Indonesia, dengan tujuan menjadi sumber informasi utama bagi para pekerja, pengusaha, praktisi hukum, dan masyarakat umum. Kami berdedikasi untuk menyajikan berita yang akurat, analisis yang mendalam, serta panduan praktis yang dapat membantu masyarakat mendapatkan kabar terbaru.

Related Posts

Sosialisme 101: Apakah kapitalisme menghancurkan planet ini?
Resensi

Sosialisme 101: Apakah kapitalisme menghancurkan planet ini?

May 10, 2025
Deklarasi Ekososialis Belem
Resensi

Deklarasi Ekososialis Belem

May 7, 2025
Kapitalisme Yang Membakar Planet, Bukan Orang Biasa
Resensi

Kapitalisme Yang Membakar Planet, Bukan Orang Biasa

May 4, 2025
Next Post
Bertarung di Parlemen Adalah Urusan Rumah Tangga

Bertarung di Parlemen Adalah Urusan Rumah Tangga

Setelah Krisis Over-Akumulasi Modal, Terbitlah EV

Setelah Krisis Over-Akumulasi Modal, Terbitlah EV

Lebih Dari Raising Awareness

Lebih Dari Raising Awareness

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rekomendasi

Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

2 months ago
Setelah Krisis Over-Akumulasi Modal, Terbitlah EV

Setelah Krisis Over-Akumulasi Modal, Terbitlah EV

10 months ago
Indonesia Gelap: Jalan menuju Indonesia Baru

Indonesia Gelap: Jalan menuju Indonesia Baru

2 months ago

Gaungkan Protest Vote, Warga Jakarta Perlu Rintis Pemerintahan Tanding

8 months ago

Kategori

  • Editorial
  • Ekonomi
  • Esai
  • Fenomena
  • Kabar Daerah
  • Kabar Nasional
  • Komunitas
  • Lingkungan
  • Opini
  • Politik
  • Resensi
  • Wacana

Pencarian Berdasarkan Tag

Ekososialisme konde.co Partai Buruh Partai Hijau Indonesia PHI PHI Sulsel

Berita Populer

Program Ekososialis: Gagasan Awal
Resensi

Program Ekososialis: Gagasan Awal

by AdminWeb
April 7, 2025
0

kabarphi.com - Ditengah ambang batas 1.5°C yang telah ditetapkan, emisi karbon terus meningkat dan alam semakin rusak,...

SELAMATKAN PESISIR PANTAI KAROSSA DAN MUARA SUNGAI SILAJA: RAKYAT BUKAN KAMBING HITAM

SELAMATKAN PESISIR PANTAI KAROSSA DAN MUARA SUNGAI SILAJA: RAKYAT BUKAN KAMBING HITAM

April 7, 2025
Partai Hijau Indonesia Desak Pencabutan Izin Tambang PT. ASR di Pesisir Karossa dan Silaja

Partai Hijau Indonesia Desak Pencabutan Izin Tambang PT. ASR di Pesisir Karossa dan Silaja

April 29, 2025
Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

Melawan untuk Merebut: Kerjasama Politik antara Komite Politik Nasional dan Partai Hijau indonesia

April 29, 2025
Tugas Ganda Demokrasi Ekososialisme

Tugas Ganda Demokrasi Ekososialisme

April 20, 2025

Berita Terbaru

Hijau Muda Hadir di Festival Kelas Pekerja: Politik Hijau, Ekspresi Perlawanan, dan Ruang Kolaborasi

Pendidikan Kepengurusan Perdana PHI 2025: Menyemai Kader Hijau yang Progresif dan Berwawasan Lokal

Mengurai Ekofeminisme dan Perlawanan Masyarakat Adat di Samarinda

Krisis Industri, Derita Buruh, dan Jalan Ekososialis

SDK dan Derita yang Belum Disudahi: Dari Sulawesi Barat, Seruan Ekososialis Menggema

Kabarphi

Selamat datang di kabarphi.com, portal informasi yang bisa kamu gunakan untuk mencari tahu kabar paling baru dari Partai Hijau Indonesia.

Informasi

  • Tentang Kami
  • Redaksi

© 2024 Kabar PHI. All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kabar Nasional
  • Kabar Daerah
  • Wacana
    • Esai
    • Analisis
  • Opini
  • Fenomena
    • Ekonomi
    • Politik
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Perempuan
  • Editorial
  • Resensi

© 2024 Kabar PHI . All rights reserved